Setelah melahirkan, Bunda tentu berusaha menjaga
buah hati dengan sebaik-baiknya. Tak jarang Bunda pun mempelajari seputar dunia
bayi misalnya: bagaimana memandikan bayi, memberi ASI eksklusif, bagaimana
mencegah penyakit, dan imunisasi untuk bayi.
Fokus yang terlalu terpusat pada bayi, kadang
membuat Bunda lupa bahwa bunda pun perlu merawat diri pasca perjuangan panjang
selama 9 bulan. Rasa lelah, kurang istirahat, nyeri jahitan setelah melahirkan per vaginam atau sectio caesar, menjadi permasalahan penting yang acapkali
diabaikan.
Setelah melahirkan, Bunda perlu mulai kembali
mengatur ritme untuk bisa menjalani peran sebagai ibu dan menjaga bayi dengan
optimal. Di mana hal itu bisa didapat dengan mudah, salah satunya melalui
pengaturan jarak antar kehamilan dengan tepat. Tidak terlalu dekat maupun tidak
terlalu jauh.
Risiko kehamilan yang terlalu dekat
Jarak kehamilan termasuk dekat jika bunda
mengandung lagi dalam kurun waktu kurang dari setahun. Idealnya Bunda baru
boleh hamil lagi minimal dalam jarak 30 bulan (BKKBN) atau 33 bulan (WHO) dan
paling lama 5 tahun.
Apabila Bunda hamil dengan jarak kurang dari 2
tahun, Bunda bisa mengalami berbagai risiko berbahaya. Bahkan risiko semakin
besar jika kehamilan tidak direncanakan dan hadir beberapa bulan setelah fase
nifas berakhir.
Di antara risiko hamil dalam jarak dekat antar
kehamilan adalah:
●
Meningkatkan potensi AKI (angka kematian
ibu) dan perdarahan saat persalinan.
●
Ibu tidak bisa menyusui bayi
eksklusif.
●
Meningkatkan risiko bayi lahir
dengan berat badan rendah (BBLR)
●
Risiko cacat pada bayi akibat
kurang nutrisi.
●
Kelahiran prematur atau bayi lahir
mati (stillbirth)
●
Secara psikologis, ibu yang belum
siap hamil lagi rentan mengalami depresi, tertekan, cemas berlebihan, dan
emosional.
Mengapa perlu mengatur jarak kehamilan?
1.
Perlunya bunda membangun kembali suplai nutrisi yang hilang pasca hamil dan
melahirkan.
Setelah melahirkan bunda kehilangan banyak
nutrisi penting seperti vitamin dan mineral dalam tubuh. Nutrisi ini diserap
bayi selama hamil dan masih diperlukan usai melahirkan.
Jika Bunda hamil lagi dalam jarak dekat, kadar asam folat yang dimiliki
bunda semakin rendah dan terus berkurang. Padahal nutrisi asam folat penting
untuk pertumbuhan janin agar sehat dan terhindar cacat otak.
2.
Mengoptimalkan kesehatan reproduksi dan mencegah infeksi maupun inflamasi di
bagian organ reproduksi seperti rahim.
Jika Bunda mengalami kondisi seperti endometritis
atau mengalami peradangan di dinding rahim lalu hamil lagi sebelum peradangan
tersebut disembuhkan maka kondisi ini akan muncul di kehamilan berikutnya.
Peradangan ini bisa menyebabkan kelahiran prematur akibat luruhnya membran
ketuban saat kehamilan di bawah 37 minggu.
Tips mengatur jarak antar kehamilan
1.
Bunda perlu banyak membaca dan
mengedukasi diri dengan informasi kesehatan reproduksi yang valid untuk
kesehatan diri dan keluarga.
2. Menjaga kebersihan diri setelah
melahirkan, fase nifas dengan perawatan kesehatan. Konsultasi dengan dokter
atau tenaga kesehatan di Antenatal care lingkungan Bunda.
3. Berhati-hati saat konsepsi agar
tidak terjadi kehamilan yang tidak direncanakan. Tanyakan pada petugas kesehatan
untuk memilih metode yang paling tepat
menunda kehamilan.
4. Menyusui bayi secara eksklusif
bisa menjadi motivasi utama Bunda untuk menjaga jarak kehamilan. Penuhi hak
bayi Bunda dengan memberikan ASI hingga 2 tahun. Waktu penyusuan 2 tahun adalah
waktu ideal untuk memulihkan kondisi rahim, fisik, dan mental Bunda. Termasuk
fase untuk memberikan kebutuhan nutrisi penting untuk bayi di masa-masa
emasnya.
5. Fokus menjalin bonding dengan bayi
yang baru dilahirkan. Nikmati proses menjadi ibu dengan pengasuhan yang optimal
dan kasih sayang penuh untuk bayi Bunda.
6. Selain tips di atas, Ayah dan
bunda juga perlu menyamakan visi terkait pengaturan jarak kehamilan dan fokus
untuk pengasuhan dan pemenuhan hak-hak kesehatan reproduksi Bunda. Keduanya
saling bekerja sama dengan mendukung masalah ini.
7.
Bagaimanapun akan sulit jika Bunda
bergerak sendiri untuk mengatur jarak kehamilan tanpa dukungan ayah. Sehingga,
mulailah dengan memberikan saran pada pihak ayah agar memikirkan dampak negatif
jarak kehamilan yang dekat pada diri bunda, bayi, bahkan lingkungan keluarga.
Maka dari itu, setiap keluarga perlu merencanakan
pengaturan jarak antar kehamilan. Hal ini untuk bukan hanya untuk mendukung
pemenuhan kesehatan reproduksi yang menyeluruh dari aspek fisik maupun mental
dari ibu dan anak. Tetapi juga mempengaruhi berkembangnya generasi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Jangan lupa follow akun sosial media kami di: